-->

Tahapan Memahami dan Menyelesaikan Masalah Soal AKM Numerasi Dengan Bahasa Kita Sendiri

 Daftar Isi

·      Apakah belajar mengenai numerasi menjadi tidak penting lagi?

·      Tahap Pertama - memahami masalah yang dihadapi dengan bahasa kita sendiri.

·      Tahap Kedua - lihatlah jika ada rumus yang sudah tersedia untuk menyelesaikan masalah tersebut

 

Tahapan Memahami dan Menyelesaikan Masalah Soal AKM Numerasi Dengan Bahasa Kita Sendiri

Pada zaman dulu, jika ada pertanyaan mengapa seseorang harus belajar tentang hitung menghitung, jawaban umum yang diberikan adalah untuk keperluan ketika kita berbelanja atau melakukan jual beli barang. Namun, sekarang keperluan seperti itu hampir tidak berlaku lagi. Alat-alat untuk menghitung sudah tersedia sehingga keperluan seperti diatas sudah tidak relevan lagi.

 

Apakah belajar mengenai numerasi menjadi tidak penting lagi?

Ternyata, agar kita dapat berkontribusi untuk kemajuan bersama, kemampuan numerasi masih diperlukan. Tentu saja banyak orang yang berpikir bahwa hal ini cukup diajarkan pada matematika tingkat tinggi. Namun, banyak penelitian memperlihatkan bahwa keterampilan ini harus mulai dikembangkan sejak sekolah dasar.

 

Perlu dicatat, kemampuan yang perlu dikembangkan sudah berbeda dengan zaman dahulu. Keterampilan atau kemampuan yang dahulu menjadi tujuan utama, sekarang sudah dapat digantikan oleh alat hitung atau komputer. Pertanyaannya, kemampuan apa saja yang perlu dikembangkan? Yang akan dipelajari, sekali lagi, tentu bukan mengulang hal-hal yang sudah dilakukan oleh komputer, melainkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, itulah yang utama.

 

Media untuk mengembangkan kemampuan ini adalah matematika, khususnya bagian numerasi. Berbeda degan zaman dahulu yang sekedar menjalankan algoritma atau urutan pengerjaan, dibagian numerasi peserta didik dapat mengembangkan sikap dalam penyelesaian masalah. Dengan kata lain, matematika melatih logical thinking (berpikir logis), creativity, dan flexibility dalam memecahkan masalah (problem solving). Jadi tidak mengandalkan hafalan

 Contoh sederhana

 37 + 78

 Pada zaman dahulu, peserta didik hanya diminta mengerjakannya sesuai urutan pengerjaan yang baku: tujuh ditambah delapan (ditulis lima, lalu simpan angka satu di atas tiga), kemudian menjumlahkan kolom kiri (satu ditambah tiga ditambah tujuh). Saat ini, tidak harus seperti itu. Sekali lagi, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir logis, kreatif dan fleksibel dalam mengerjakan soal. Dalam konteks soal tersebut, untuk pengerjaan soal yang kreatif adalah sebagai berikut:

 37 + 78 = 40 + 75

 Dengan demikian, pembelajaran matematika (numerasi) ikut membentuk kemampuan berpikir logis, kreatif dan fleksibel dalam memecahkan masalah konkret sehari-hari.

 Seorang matematikawan Hungaria bernama George Polya (1887-1985, dalam bukunya  How to Solve It: A New Aspect of mathematical Method (2015), mengemukakan empat tahapan utama problem solving. Keempat tahapan tersebut adalah understanding the problem (memahami masalah), devising a plan (menyusun rencana), carrying-out the plan (melaksanakan rencana), dan looking back (memeriksa atau melihat kembali).

 

Tahap Pertama

Kita harus dapat memahami masalah yang dihadapi dengan bahasa kita sendiri.

 

Salah satu masalah dalam pemecahan masalah adalah mengubah masalah yang disampaikan menjadi model matematika (atau dalam bentuk persamaan dengan variabel yang terlibat).

 

Saran sederhana untuk hal ini, bacalah mungkin sampai 3 kali dengan tahap sebagai berikut:

1.      Pertama, bacalah masalah yang diberikan secara utuh. Mulai dari kalimat pertama, sampai kalimat berakhir.

2.      Kedua, bacalah sekali lahi soal yang diberikan. Kali ini, setelah satu kalimat, buatlah diagram atau penulisan variable yang diperlukan. Lanjutkan langkah ini untuk kalimat berikutnya, sampai kalimat terakhir, yaitu apa yang dicari.

3.      Ketiga, bacalah untuk ketiga kalinya, untuk melihat apakah sudah dipahami pada langkah kedua perlu di uji kembali.

 

Tahap Kedua

Dalam penyelesaian masalah, lihatlah jika ada rumus yang sudah tersedia untuk menyelesaikan masalah tersebut.

 Contoh:

Suatu persegi besar dibuat dengan menyentuh suatu lingkaran, dan satu persegi kecil dibuat sehingga semua titik sudutnya terletak pada lingkaran.

 Soal ini tentunya bergantung pada tingkat kesulitan. Bisa mulai dengan: diketahui luas lingkaran, kemudian ditanya tentang luas persegi bagian dalam dan juga luas persegi besar. Di tingkat lebih lanjut, bisa ditanyakan tentang perbandingan antara luas persegi kecil dan besar, apakah perbandingan tersebut bergantung pada jari-jari lingkaran.

 

1)      Selesaikan masalah tersebut dengan menggunakan informasi satu per satu. Biasanya langkah ini diikuti dengan cara ke belakang. Untuk mencari besaran yang ditanya atau yang dicari, mulailah dengan menuliskan yang tidak diketahui dalam variabel. Biasanya, setelah itu akan muncul suatu persamaan. Jika ada dua besaran atau variabel tidak diketahui nilainya, diperlukan dua persamaan. Jika ada tiga besaran atau variabel tidak diketahui nilainya, diperlukan tiga persamaan. Persamaan ini dapat diselesaikan dengan cara baku atau dengan menggunakan cara "Tebak dan Perbaiki".

 

2)      Selesaikan masalah serupa dalam keadaan yang paling sederhana. Misalnya, kita harus mencari berapa banyak persegi dengan berbagai ukuran yang ada dalam gambar di dibawah. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, cobalah mulai dengan yang sederhana, misalnya ambilah persegi 2 x 2. Dalam hal ini, ada 1 ukuran yang besar dan 4 = 22 persegi kecil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Untuk persegi 3 x 3 ada 1 persegi ukuran besar (3 x 3), kemudian ada 4 = 22 persegi yang masing-masing mempunyai ukuran 2 x 2, dan terakhir ada 9 = 32 persegi yang masing-masing berukuran 1 x 1.

 

 

 

 

 

 

Kita dapat melanjutkan percobaan ini, tetapi kita juga dapat menduga apa yang terjadi pada persegi berukuran 10 x 10.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Terlepas dari saran-saran di atas, hal pokok yang perlu dilakukan adalah ketekunan dan pemahaman. Dengan pemahaman dan ketekunan akan muncul kepercayaan diri. Kepercayaan diri merupakan aspek yang penting dalam belajar.

 "Hal pokok yang perlu dilakukan adalah ketekunan dan pemahaman. Dengan pemahaman dan ketekunan akan muncul kepercayaan diri, Kepercayaan diri merupakan aspek yang penting dalam belajar."

LihatTutupKomentar
close